-->

Kamis, 13 Juni 2013

Kecupan Embun untuk Ilalang yang Tak Sanggup Memeluk Awan

Perempuan berambut ikal itu menyeruput cappuccino yang masih berasap. Bibir tipisnya yang polos tanpa lipstik tampak begitu seksi ketika menggamit tepian cangkir. Baru tersadari, sudah cukup lama aku tak mengulumnya. Wuf! Lembutnya ..
“Ehem!”
Suaranya membuatku menggeser tatapan mata. Dia tersenyum. Aduh! Aku tahu apa arti senyuman itu. Rupanya dia sempat melirik hingga bisa menangkap kelebat yang sesaat sempat mengusik benakku. Agak sedikit terburu-buru, kurengkuh kembali cangkir berisipeach tea yang juga masih berasap.
“Nggak usah salting begitu. Dikau ini seperti orang baru kenal saja.”
Dia mengekorinya dengan tertawa. Dengan kecut kusambuti tawanya secara setimpal. Memang sedap-sedap gimana gitu ngobrol sesama binatang pengagum keindahan. Ketelanjangan adalah dresscode dalam perbincangan. So, tak perlu ada yang disembunyikan.
“Iya, sudah cukup lama kita tak nonton bareng lagi. Gimana kalo malam ini? Aku kangen.”
Kutenggelamkan tatapanku ke sepasang telaga jernihnya. Dan iapun segera membalasinya dengan kecipak jalang yang selalu saja membuat bulu kudukku bergelinjang. Sial, beruntung sekali punya teman binatang sebinal ini.

“Ide yang menarik.”
Dia meletakkan cangkir cappuccinonya.
“Tapi kali ini di tempatku saja ya. Biar aku merasa lebih nyaman.”
Kuangguki usulannya mengiyakan. Dalam hati, tak penting dimana tempatnya, yang prinsip acara nonton bareng bisa berjalan lancar dan leluasa. Wuf! Sudah kebayang, dua binatang telanjang saling memberi asupan di depan cermin dalam sebuah ruangan. Hmm, tontonan yang tentu tak boleh dilewatkan.

“Kau masih sering memikirkannya?”
Seraya bertanya ia beringsut untuk duduk di sebelahku.

“Siapa yang kaumaksud?”
“Tentu saja binor yang cantik itu.”
Dia kembali membuatku mengingat bini orang yang kuakui, sampai detik ini, masih kucintai.

“Maksudku, kau memaksudkan memikirkan itu memikirkan yang bagaimana? Kalau sering mengingatnya, tentu saja, aku masih sering memikirkannya. Tak perlu kujelaskan lagi kepadamu kenapa. Tapi kalau maksudmu memikirkan itu memikirkan untuk memilikinya, jujur saja, pikiranku sudah buntu.”
“Bukankah mestinya sekarang lebih mudah? Statusmu bukan lagi lakor.”
“Justru itu dia. Ketika kita ngobrol garing seperti ini, kebayang nggak sih gimana isi batok kepalaku ini kalo memikirkan apa yang sedang dia lakukan sama lakinya? Dulu aku bisa meredam kecemburuan yang datang memalu godam. Karena tanpa kehadirannya, di sisiku ada perempuan yang dengan setia membasuhiku dengan cinta. Dan itu membuat semuanya menjadi lebih mudah. Aku masih bisa terus mensyukuri hari-hariku dengan apa yang sudah dikaruniakan oleh Tuhan untukku. Tapi sekarang? Ketika aku bukan laki orang, cinta tak harus memiliki itu benar-benar menjadi dongeng yang sangat tak masuk akal. Siapa kini ..”
“.. [siapa kini] yang mensucikan cinta dari lendir birahi?”
Kalimat terusan yang kami katakan hampir bersamaan. Kalimat itu memang sudah kami berdua sama-sama hafal. Para binatang pemuja keindahan mustahil tak mengenalnya. Makhluk-makhluk melata yang percaya pada kesucian cinta. Cinta yang hanya bisa dimiliki para manusia. Cinta yang membenarkan menubuh satu dengan birahi ketika ditahbiskan dalam ikatan pernikahan yang sah. Tanpanya, yang ada hanyalah kelejat nafsu semata. Dan yang berani bersetubuh dengan itu, hanyalah para binatang pemuja keindahan.

“Hmm, ternyata justru menjadi tidak mudah ya.”
Aku mengangguk membenarkan. Perlahan .. perempuan berkulit putih bak pualam itu menyandarkan kepalanya ke bahuku. Kehangatan dunia binatang kini begitu terasa mengaliri udara dalam kafe yang kini hanya berisi beberapa gelintir orang.

“Sudahlah, kita lupakan saja dunia manusia. Yuk, kita ke kontrakanku saja sekarang.”
Dia menggelandangku berjalan dalam pelukan. Hah! Manusia, silakan saja kalian iri atau muak melihatnya. Ini memang dunia kami. Para binatang pemuja keindahan.
Seperti ilalang, yang menginsyafi diri tak sanggup memeluk awan, cukuplah dengan kecupan embun di setiap pagi ia bisa mencumbui cinta dan kelembutan.

Bapake Azka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar